Scrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace Layouts

Jumat, 31 Desember 2010

Ketrampilan Interpersonal, Kuliah yang Nggak Cuma Kuliah !


Sehubungan  dengan  diadakannya mata kuliah Ketrampilan Intrapersonal (biasa disingkat dengan KI) di prodi Sistem Informasi (SI) ITS, saya sebagai mahasiswa baru (maba) Sistem Informasi 2010, mulai bertanya-tanya apa yang akan kami (saya dan teman-teman maba lainnya yang juga mengikuti mata kuliah KI) lakukan saat melakukan kegiatan kuliah di luar ruangan. Karena, setelah menjalani perkuliahan selama tiga hari di kampus SI, belum ada satu pun mata kuliah yang mengharuskan mahasiswanya untuk  keluar dan melakukan kegiatan mengajar belajar di luar ruang perkuliahan. Tentunya hal ini merupakan suatu pengalaman baru dan angin segar bagi saya.
Ketika hari pertama mengikuti mata kuliah ini, perkuliahan berlangsung secara biasa-biasa saja. Mahasiswa dan dosen melakukan kegitan kuliah secara “normal” di dalam ruang perkuliahan. Namun, pada pertemuan kedua, perubahan mulai muncul. Mahasiswa dan dosen melakukan kuliah di taman. Saya dan teman-teman mahasiswa lain yang mengikuti mata kuliah ini hanya diperbolehkan membawa alat tulis saat berada di taman. Dalam hati, saya semakin bertanya-tanya, “Kita nih mau diapain sih ?? Mau kuliah apa main-main ?? Kok disuruh ke taman ??”. Lalu akhirnya perkuliahan pun dimulai dengan prolog dari Pak Kholil selaku dosen pengajar mata kuliah KI. Beliau menyampaikan, kuliah KI pada jam sore, akan berisi banyak permainan (game) yang diharapkan dapat mengasah kemampuan mahasiswa untuk lebih aktif di lapangan. Disini, kami akan ketawa-ketiwi, berteriak, menyanyi, menari, dan lain sebagainya. Intinya kami harus siap malu dan dipermalukan. Dari sepatah kata yang disampaikan Pak Kholil ini, saya mulai bisa mengira-ngira apa yang akan kami lakukan dalam beberapa jam kedepan.
Sesudah Pak Kholil menyampaikan prolog tentang perkuliahan hari ini, kami dikenalkan dengan asdos-asdos yang akan mendampingi kami selama mata kuliah outdoor ini berlangsung. Setelah itu, kami mulai bergerak untuk merapikan barisan dan bersiap untuk melakukan salam khas KI yang diperagakan oleh para asdos di atas panggung. Salam ini nampaknya adalah suatu “ritual” wajib saat akan memulai perkuliahan KI di luar ruangan. Setelah melakukan salam KI, kami kembali merapikan barisan untuk memulai game pertama.
Game pertama, dinamakan be my team. Masih tetap pada barisan yang tadi, kami diminta untuk memejamkan mata dan meletakkan kedua tangan ke belakang badan, dengan posisi tangan yang menengadah. Asdos-asdos kemudian membagikan secarik kertas gulungan kepada tangan-tangan kami. Saya pun kembali bertanya-tanya tentang kertas ini, “Apa isinya yaa ??”. Namun kami belum boleh membuka mata dan melihat ada apa dibalik kertas gulungan tersebut. Kami hanya mendapat petunjuk bahwa setelah ini, kami akan dibagi dalam beberapa kelompok dan yang ada di kertas itu adalah judul sebuah lagu yang nantinya harus kami nyanyikan agar kami bisa mengetahui dimana tim/kelompok kami berada. Sontak saja langsung terdengar suara yang sedikit riuh dari beberapa teman saya. Dalam hati, saya bergumam, “Masa’ iya aku harus nyanyi-nyanyi dulu biar bisa dapet kelompok ? Glek.”. Lalu akhirnya dengan sedikit rasa keterpaksaan, saya melakukan titah yang sudah diberikan itu. Saya melepas sejenak rasa malu dan mencoba menikmati game ini (walaupun berbekal suara yang pas-pasan). Kemudian dimulailah aksi saya yang pertama, MENYANYI. Sampai pada akhirnya saya menemukan beberapa orang teman yang juga menyanyikan lagu serupa dengan apa yang saya nyanyikan. Syukur alhamdulillah, akhirnya ada teman yang bernasib sama seperti saya. =)
Setelah menemukan teman-teman sekelompok, game kedua pun dimulai. Kali ini setiap kelompok mendapat satu asdos sebagai pendamping. Game kedua yang berjudul “bola panas” ini dimulai dengan perkenalan. Kami mulai memperkenalkan diri kami masing-masing kepada teman sekelompok kami. Setelah saling berkenalan, asdos mulai menjelaskan peraturan di game kedua ini. Disini akan digunakan suatu media, yaitu sebuah bola plastik kecil. Bola ini akan dilemparkan dari satu orang ke orang lain (teman sekelompok). Orang yang melempar harus menyebutkan terlebih dahulu identitas orang yang akan menerima bola hasil lemparannya (bisa nama, NRP, alamat, atau yang lain) dan orang yang menerima bola harus mengucapkan terima kasih juga disertai identitas pelempar bola setelah mendapat bola tersebut. Begitu seterusnya sampai semua orang dalam kelompok mendapat giliran melempar bola. Jika ada salah satu yang salah menyebutkan identitas temannya, maka dia akan mendapat hukuman yang akan ditentukan selanjutnya, tergantung kebijaksanaan tiap kelompok.
Game ketiga yaitu game yang menutut kemampuan kita untuk bekerja dalam team. Masih dalam kelompok yang sama, kami diminta untuk membuat yel-yel dan lambang kelompok (dalam waktu yang cukup singkat, hanya sekitar 10 menit saja). Lambang kelompok yang dimaksud disini adalah sebuah gambar (seperti logo) yang melambangkan siapa-siapa saja yang ada dalam kelompok tersebut atau mewakili semangat yang diusung oleh kelompok tersebut. Lambang ini digambarkan dalam sebuah kertas karton putih yang telah disiapkan oleh asdos, juga disertai tiga buah spidol dengan warna berbeda.
Selanjutnya, kami diminta untuk menampilkan “hasil karya” kami berupa yel-yel dan lambang kelompok yang telah kami buat sebelumnya. Ini adalah game keempat. Ya, kami harus (sekali lagi) melepaskan rasa malu sejenak, untuk kemudian berdiri di atas panggung bersama teman-teman sekelompok kami. Di atas panggung, kami berusaha menampilkan yel-yel kami dengan sebaik mungkin. Menyanyi, menari, bertingkah aneh, dan sejenisnya. Karena memang itulah yang diharapkan dari game keempat ini, BERANI MALU. Setelah beryel-yel ria, kami mempresentasikan lambang kelompok. Disini lah saat dimana terjadi interaksi antara satu kelompok dengan kelompok lain, dengan cara tanya-jawab bahkan mengolok-olok.
Lalu, setelah semua kelompok secara bergantian maju ke panggung, kami kembali ke posisi barisan awal kami, tidak lagi berkumpul bersama kelompok sebelumnya. Setelah itu, kami mendapat sebuah lembaran kertas yang berisi kolom-kolom bertuliskan nama, alamat, dan nomer telepon. Dan tugas kami selanjutnya, game kelima, adalah mengumpulkan identitas teman-teman kami dengan cara mengisi lembaran kertas tersebut. Namun dengan ketentuan kami harus berbicara/berkomunikasi secara langsung (empat mata) dengan teman yang akan dimintai identitasnya itu.
Dari kelima game di atas, dapat ditarik beberapa nilai moral yang penting atau filosofi yang terkandung dari masing-masing game, antara lain :
©    Game pertama
· Berani malu : Game ini menuntut kita untuk menyanyikan sebuah lagu agar kita mengetahui dimana keberadaan teman-teman sekelompok kita yang lain. Kita tidak akan menemukan kelompok kita apabila orang-orang dalam kelompok tersebut hanya mencari dalam keadaan diam (tidak bernyanyi) karena satu-satunya petunjuk yang diberikan agar kita dapat menemukannya adalah judul dari lagu yang harus kita nyanyikan. Oleh karena itu, kita harus melepaskan rasa malu sejenak dan mulai bernyanyi sambil mencari kelompok. Filosofi yang dapat diambil adalah ketika hendak melakukan suatu pekerjaan, terkadang kita harus berani mengambil resiko dan segera memulai melakukan pekerjaan itu.
· Jujur : Saat mengetahui judul lagu yang kita terima, ada tiga opsi yang dapat kita pilih. Pertama, kita akan diam saja dan hanya mendengarkan teman-teman kita lainnya menyayikan lagu yang mereka dapat. Kedua, kita akan menyanyikan lagu yang sama dengan judul lagu yang kita dapat. Ketiga, kita akan menyanyikan lagu namun tidak sesuai dengan judul yang kita dapat. Pilhan ada di tangan kita, apakah kita akan menjadi orang yang jujur dengan mengambil opsi kedua atau kita akan menjadi orang yang tidak jujur dengan mengambil opsi pertama/ketiga. Dari sini, kita akan belajar bahwa kejujuran itu pada akhirnya akan membawa kita kepada kebaikan dan kita dapat menjalani hidup dengan tenang. Bandingkan apabila kita sudah berbohong dari awal, maka yang akan terjadi adalah kita akan berusaha menutupi kebohongan kita itu dengan kebohongan-kebohongan yang lain.
· Sportif : Saat kita sudah berkumpul dengan kelompok kita, maka kita harus bersedia untuk menjadi bagian dari kelompok itu. Kita juga harus bisa menerima tiap-tiap anggota kelompok tersebut dengan besar hati agar nantinya tercipta susana yang nyaman dalam kelompok.

©    Game kedua
· Cekatan : Ketika melakukan tangkap bola, orang yang bertindak sebagai penangkap bola harus cekatan agar bola tidak jatuh dan dapat ditangkap dengan baik. Filosofi yang dapat diambil adalah saat melakukan suatu pekerjaan, apapun itu, kita harus terlebih dahulu mengetahui dan paham tentang bidang pekerjaan yang akan kita jalani. Jadi, kita bisa mendapat hasil yang maksimal bukan malah mendapat kerugian karena kurang memahami bidang pekerjaan kita itu dengan baik.
· Perhatian ke teman : Saat teman kita menyebutkan identitasnya, secara tidak langsung, kita akan memberikan perhatian ke teman kita itu dengan cara mendengarkan keterangan yang dia sampaikan ataupun bisa dengan memberikan tanggapan terhadap apa yang telah dia sampaikan itu.
©    Game ketiga
· Kompak : Ini terlihat pada saat kita diminta untuk membuat yel-yel dan lambang kelompok. Kekompakan adalah salah satu hal yang sangat dibutuhkan dalam pekerjaan yang bersifat kelompok (tim). Suatu tim tidak akan menjadi tim yang baik apabila anggotanya tidak bisa menyatu/membaur dengan anggota lainnya. Karena untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang bersifat kelompok dibutuhkan kerja sama dari para anggotanya agar pekerjaan itu dapat diselesaikan dengan cepat dan membuahkan hasil yang memuaskan.
· Leadership : Dalam pembuatan yel-yel dan lambang kelompok, tentunya dibutuhkan satu orang anggota kelompok yang dapat mengarahkan/mengatur anggota lain agar semua orang dalam kelompok tersebut bisa kompak dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Inilah yang dimaksud dengan leadership (kepemimpinan). Tugasnya bukan sebagai boss atau ketua yang hanya menyuruh ini itu, tapi juga ikut urun dalam menentukan tema apa yang diangkat dalam yel-yel dan lambang kelompok tersebut. Dalam kehidupan nyata, seorang pemimpin sangat dibutuhkan agar suatu kelompok dapat lebih terarah dan fokus pada tujuan tertentu.
· Kreativitas : Untuk membuat yel-yel dan lambang kelompok, dibutuhkan suatu konsep/gambaran mengenai apa yang akan dijadikan sebagai yel-yel dan lambang kelompok. Hal ini tentunya menuntut para anggota kelompok untuk mencari suatu hal yang menarik dan berbeda dari yang lain. Filosofinya, apabila kita tidak dapat menjadi yang terbaik, maka jadilah yang berbeda dari yang lain (tentu dalam hal yang positif) agar kita dapat menunjukkan eksistensi diri kita kepada orang lain. Hal seperti inilah yang disebut dengan kreativitas.
· Tidak egois : Ketika diadakan perundingan/musyawarah tentang konsep apa yang akan dipakai dalam yel-yel dan lambang kelompok, kita harus bisa menerima pendapat orang lain dan tidak memaksakan kehendak kita agar tidak ada anggota kelompok yang merasa kecewa atau malah sampai sakit hati karena ucapan/perbuatan kita yang egois. Sehingga hasil yang didapat juga bisa diterima dan diakui sebagai hasil kerja kelompok bukan individu atau perseorangan.

©    Game keempat
· Percaya diri : Untuk melakukan performance di atas panggung, percaya diri adalah hal pertama yang wajib dimiliki oleh tiap orang dalam kelompok. Tanpa percaya diri, maka performance yang sebenarnya memiliki konsep yang bagus akan menjadi biasa saja atau bahkan tidak menarik karena ada rasa nervous (grogi) dalam diri kita. Filosofi yang dapat diambil, ketika kita melakukan suatu pekerjaan, kita harus percaya bahwa kita mempunyai kelebihan-kelebihan yang belum tentu ada pada orang lain. Sehingga kita akan bangga akan kemampuan yang kita miliki.
· Kebersamaan : Karena kita berada dalam suatu kelompok, maka sudah seharusnya kita menjadi bagian dari kelompok itu. Walaupun ide yang kita gunakan sebagai yel-yel dan lambang kelompok tidak begitu bagus, tapi akan terlihat lebih indah apabila kita memiliki rasa kebersamaan yang kuat pada masing-masing anggota kelompok.
· Inisiatif : Ketika tiba saatnya untuk membuat yel-yel dan lambang kelompok, perlu adanya sumbangan ide tentang konsep apa yang akan digunakan. Disinilah saatnya para anggota kelompok berinisiatif untuk menyumbangkan apa yang mereka pikir cocok untuk membuat yel-yel dan lambang kelompok.

©    Game kelima
· Berani : Ketika mengumpulkan data identitas teman, dibutuhkan suatu keberanian untuk dapat berkomunikasi secara langsung (empat mata) pada teman yang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga harus berani berkomunikasi dengan orang lain dengan cara-cara yang sopan dan baik.
· Tidak egois : Karena tiap orang juga membutuhkan data orang lain, maka setelah kita selesai mendapatkan data teman kita itu, kita harus bersedia juga untuk dimintai data identitas diri kita. Filosofinya adalah manusia adalah makhuk sosial yang pasti membutuhkan orang lain untuk kelangsungan hidupnya. Jadi, sejatinya sikap yang egois hanya akan menyengsarakan diri kita sendiri karena kita tidak akan bisa bertahan hidup tanpa orang lain di sekitar kita.
· Membuka diri : Perlu adanya rasa keterbukaan dalam diri kita sehingga kita bisa mendapat data identitas diri teman kita yang lain. Bayangkan jika kita sombong dan acuh kepada orang lain, kita hanya akan mendapat sedikit data identitas teman kita itu. Dari sini, disimpulkan bahwa sangat penting bagi kita untuk dapat bersosialisasi dengan baik sehingga kita akan mendapat teman yang lebih banyak dan dengan begitu kita juga akan gampang memperoleh informasi-informasi yang berguna bagi kita nantinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar