Scrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace Layouts

Jumat, 31 Desember 2010

Resensi Film Gung Ho



Film ini bermula ketika Hunt Stevenson, ditunjuk sebagai perwakilan dari kaum buruh, berangkat ke Jepang untuk melakukan presentasi kepada para pimpinan Assan Motor. Ia melakukan presentasi mengenai keadaan sebuah kota kecil di Amerika yang bernama Hadleyville. Di kota ini dulunya terdapat sebuah pabrik mobil yang pekerjanya adalah sebagian besar warga kota tersebut. Namun, beberapa bulan yang  lau, pabrik ini terpaksa ditutup. Meski demikian, pabrik ini telah mengalami banyak perbaikan sehingga kondisi pabrik kembali siap untuk beroperasi. Tugas Hunt Stevenson adalah meyakinkan para pimpinan Assan Motor agar mereka mau berinvestasi dan mau menghidupkan kembali pabrik tersebut, karena pabrik inilah satu-satunya lapangan pekerjaan bagi sebagian besar masyarakat Hadleyville.
Semula Stevenson menganggap usaha yang dilakukannya di Jepang ini tidak berhasil, akan tetapi ternyata setelah selang beberapa hari setelah dia kembali ke Amerika, dia mendapat kabar bahwa pihak Assan Motor bersedia membuka kembali pabrik itu. Hal ini tentunya disambut gembira oleh seluruh warga Hadleyville.
Setelah itu, pihak Assan Motor memilih Hunt Stevenson sebagai penghubung antara kepentingan para pekerja dengan pimpinan dan staf pabrik.
            Tugas selanjutnya yang harus dia lakukan adalah membujuk para pekerja untuk mau bekerja kembali di pabrik tersebut. Ia melakukan negoisasi dengan para pekerja sampai akhirnya para pekerja tersebut mau bekerja dengan gaji yang tidak begitu tinggi. Setelah beberapa bulan bekerja, didapati bahwa kinerja para pekerja tersebut kurang memuaskan, yang kemudian menyebabkan penurunan produksi sebanyak 3.5%.Hal ini tentu saja membuat risau para pimpinan dan staf Assan Motor. Oleh karena itu, manajer Assan Motor di Hadleyville mengundang Stevenson pada acara makan malam di rumahnya. Makan malam ini juga dihadiri oleh segenap satf Assan Motor lainnya. Singkat cerita, manajer Assan Motor mengambil keputusan untuk memecat Stevenson karena ia kecewa atas kinerja yang ditunjukkan oleh para buruh selama ini. Tetapi Stevenson tidak serta-merta menerima keputusan ini begitu saja. Ia berusaha meyakinkan manajer Assan Motor untuk tetap mempekerjakannnya karena ia berjanji akan merubah kinerja para buruh/pekerja pabrik tersebut, dan karena dia lah satu-satunya orang yang memiliki kedekatan emosional dengan para buruh tersebut.
Suatu ketika, manajer dan staf Assan Motor sedang berendam di suatu sungai. Kemudian secara mengejutkan, HuntStevenson muncul dari dalam air. Disini ia berusaha mencari tahu apa sebenarnya yang menjadi kelemahan bagi pekerja dan apa yang menjadi tuntutan Assan Motor. Kemudian salah seorang staf dari Assan Motor menyindir tentang kinerja buruh Amerika yang dinilai lamban. Dengan pernyataan tersebut, Stevenson merasa tertantang dan menanyakan berapa mobil yang bisa diproduksi oleh orang Jepang selama sebulan. Jawabannya adalah 15000 mobil dalam sebulan. Tanpa pikir panjang, Stevenson menyanggupi tantangan tersebut dengan kesepakatan bahwa pihak Assan motor akan menaikkan gaji para pekerja tersebut.
Pada keesokan harinya, Stevenson mengadakan rapat dengan para pekerja untuk memnicarakan tantangan yang sudah ia sepakati kemarin. Akan tetapi para buruh menganggap produksi mobil sebanyak 15.000 setiap bulan itu adalah sesuatu yang tidak mungkin. Para buruh setuju jika mereka akan mendapat kenaikan gaji hanya dengan memproduksi 13.000 mobil. Kemudian secara terpaksa hal itu disetujui oleh Stevenson. Sebenarnya hal tersebut merupakan trik dari Stevenson agar para buruh tetap semangat dalam bekerja. Setelah itu, para pekerja pun mulai mengerjakan tantangan 15000 mobil tersebut. Dalam proses pengerjaannya, terdapat banyak hal yang tidak berjalan secara beriringan. Hal ini dikarenakan perbedaan sistem manajemen Jepang dan Amerika. Sistem manajemen Jepang yang dikenal ulet dan displin sangat menyulitkan para pekerja Amerika. Sehingga mulai banyak pekerja yang merasa tertekan dan terganggu kepentingan pribadinya karena harus bekerja tanpa henti di pabrik.
Waktu terus berputar, lama kelamaan para pekerja tahu bahwa apa yang dikatakan oleh Stevenson itu tidak sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati oleh pihak Assan Motor. Para pekerja pun merasa kecewa dan mengancam akan mengadakan rapat serikat untuk menuntut kenaikan upah. Para pekerja juga melakukan mogok kerja, yang pada akhirnya membuat Stevenson dan manajer Assan Motor stress berat. Mereka berdua merasa telah gagal dalam memimpin para pekerja tersebut. Namun, dalam situasi tertekan seperti ini, mereka berdua menemukan sebuah ide untuk menggabungkan sistem manajemen Jepang dan Amerika. Mereka berdua memutuskan untuk mengejar target 15000 mobil tanpa bantuan dari pekerja lain.
Keesokan paginya, Stevenson dan manajer Assan Motor datang pagi-pagi ke pabrik. Di depan halaman pabrik tersebut ada pekerja-pekerja yang berkumpul. Mereka bertanya apa yang hendak dilakukan oleh kedua pimpinannya itu. Setelah mereka mengetahui bahwa pimpinan mereka ingin tetap melanjutkan proses pengerjaan 15000 mobil, awalnya mereka masih cuek dan tidak peduli dengan hal ini, tetapi kemudian ada salah seorang dari mereka yang menyadarkan pekerja lainnya bahwa apa yang dilakukan oleh Stevenson dan manajer Assan Motor tersebut adalah sebagai upaya untuk menyelamatkan kota ini dari keterpurukan ekonomi. Sehinngga mereka pun memutuskan untuk membantu Stevenson dan manajer Assan Motor mengerjakan target ke-15000 mobil tersebut dengan sisa waktu yang sangat sempit.
Pada akhirnya setelah hari terakhir pembuatan mobil, datanglah pimpinan pusat Assan Motor dari Jepang, yaotu Mr.Sakamoto. Ia menghitung seluruh mobil yang telah dibuat dan menemui kenyataan bahwa mobil tersebut banyak mengalami cacat dan tidak layak jual. Di samping itu juga masih ada kekurangan sebanyak 6 mobil dari yang ditargetkan semula. Ssetelah melakukan berbagai pendekatan dengan Mr. Sakamoto akhirnya Stevenson berhasil meyankinkan Mr. Sakamoto. Hal inilah yang membuat bos dari Assan Motor itu menyetujui dan menganggap tidak ada cacat pada mobil-mobil tersebut. Artinya Mr. Sakamoto merasa puas dan menghargai kerja keras para karyawan serta menyetujui kenaikan gaji para buruh.



Film ini dapat dijadikan inspirasi bagi mereka yang ingin belajar tentang kemampuan manajerisasi. Ditambah dengan perbandingan antara dua konsep manajemen dari negara Jepang dan Amerika. Selain itu, film ini juga dikemas cukup menarik dengan adanya humor-humor yang cukup mengocok perut penontonnya. Overall, banyak segi menarik yang dapat diambil dari film ini, tidak hanya menyuguhkan hiburan tetapi juga filosofi yang cukup mendalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar